Kasus tertinggi DBD berada di Kecamatan Purworejo, disusul Kutoarjo, Grabag dan Kecamatan Bayan. Kecamatan lainnya juga mengalami peningkatan, tetapi tak sebanyak di Kecamatan Purworejo.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purworejo Jawa Tengah menyebut kasus Demam Berdarah Dengue (DBB) di Purworejo cukup tinggi. Kasus DBD merupakan fase berat, penderita harus mendapatkan perawatan medis, sementara jenis ringan disebut dengan Demam Dengue (DD).
Dinkes Purworejo memerinci per 21 Januari 2025, terjadi 929 kasus, terdiri dari 673 DD dan 252 DBD, 3 orang dinyatakan meninggal dunia.
Camat Purworejo, Bagas Adi Karyanto, membenarkan di wilayah yang dipimpinnya (Kecamatan Purworejo) terdapat kasus DD dan DBD tertinggi.
"Saat melaksanakan sosialisasi di berbagai kelurahan, kami memang menerima data bahwa Kecamatan Purworejo kasus DD dan DBD tertinggi, berada di Kelurahan Pangenrejo, Purworejo dan Cangkrep Lor," tutur Camat Purworejo, Bagas Adi Karyanto, Kamis, (23-1-2025) di Pendopo kabupaten Purworejo.
Camat Purworejo mengatakan, bahwa kasus tersebut sempat dirapatkan oleh jajaran pimpinan kabupaten untuk mengambil langkah serentak dengan kelurahan-kelurahan dan desa untuk melaksanakan kegiatan pencegahan melalui gerakan masyarakat (PSN).
"Kami sudah mengambil langkah dengan teman-teman kelurahan maupun desa, bekerjasama dengan tokoh masyarakat, RT, RW, kantor kesehatan, PKK, maupun puskesmas di masing-masing wilayah," lanjutnya.
Adi Karyanto menyebut, hampir semua desa kelurahan telah melaksanakan musyawarah sekaligus melaksanakan kegiatan PSN secara serentak. Dan disepakati pada musyawarah, itupun berkelanjutan.
Menurutnya, salah satu upaya yang paling maksimal untuk memberantas DB dan DBD adalah pelaksanaan PSN yang berkelanjutan. Minimal 10 minggu berturut-turut tanpa henti dilaksanakan. Dengan demikian akan memutus mata rantai perkembangan nyamuk DB/DBD (Aedes aegypti).
"Harapan kami semua warga masyarakat yang melaksanakan musyawarah memegang komitmen dan semangat untuk melaksanakan PSN selama 10 minggu secara berturut-turut," tambahnya.
Camat Purworejo memberi pesan dan harapan peran serta masyarakat dan pemerintah, untuk bersama-sama mencegah peyebaran DB tersebut. Salah satunya dengan pelaksanaan PSN serentak.
Dia juga menambahkan untuk mengikis pemahaman masyarakat tentang fogging, bahwa pemberantasan melalui fogging adalah untuk memberantas nyamuk yang besar. Sementara nyamuk yang kecil atau bahkan telur yang tersimpan di dalam air yang tergenang, itu lebih berbahaya. Apabila tidak menggerakkan PSN secara rutin dan serentak.
Adapun faktor utama DBD yaitu dominan di cuaca. Menurutnya, cuaca di musim hujan dan antipasi yang kurang serta banyak tempat-tempat yang tergenang. Hal ini pemicu bertumbuh kembangnya nyamuk tersebut.
"Untuk pembelajaran kita memasuki musim penghujan, mari kita gerakan kebersihan lingkungan dan saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan maupun kesehatan lingkungan kita," tutupnya.
(Ariyanti)