Desa Wingko Sanggrahan Meriahkan Merti Desa Dengan Hadroh Dan Pagelaran Wayang Kulit

BERITAOPINI.ID | Jawa Tengah | Kabupaten Purworejo | 27-01-2025

Merti desa merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diterima dan kelangsungan hidup yang lebih baik sepanjang tahun. Serta sebagai upaya melestarikan warisan leluhur di Desa tersebut. Untuk itu, Pemerintah Desa Wingko Sanggrahan melestarikan merti desa hingga saat ini.

Puncak acara Merti Desa Wingko Sanggrahan Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, diisi dengan pengajian dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Acara dibuka dengan menampilkan grup Hadroh putri asal desa setempat. Minggu malam, (26-1-2025).

Kepala Desa (Kades) Wingko Sanggrahan Daryanto mengatakan merti desa dilaksanakan secara turun temurun. Dari jaman dulu warga setempat selalu nguri-uri merti desa.

"Kiai Setyo asal Desa Wingko Tinumpuk mengisi pengajian, sedangkan dalang Ki Gunawan Hadi Widodo dari Desa Kenduren kecamatan Bagelen menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran wayang dimulai sejak siang hingga sore, dalang diambil dari tim Ki Gunawan Hadi Widodo," ujar Daryono, disela acara, Minggu malam, (26-1-2025).

Pagelaran wayang tersebut mengambil judul 'Pendowo Dadu', Daryono menceritakan judul tersebut yang artinya pendawa dan kurawa main dadu. Awalnya dari kecil hingga besar (taruhan), hingga pada akhirnya mempertaruhkan negara.

Menurut Ketua Panitia Merti Desa Pamuji, rangkaian acara diisi dengan pengajian bertujuan untuk siraman rohani.

"Tujuan mubalik bukan untuk mengislamkan tetapi untuk menerangkan isi agama. Dengan pengajian ini, supaya belajar dan punya ilmu. Dengan mengamalkan ilmu agama diharapkan menjadi iman kepada Allah," sebut Pamuji yang juga sebagai Kaum di desa setempat.

Sementara itu, Kiai Setyo menyampaikan pesan agar kaum muslimin hendaknya taat kepada Allah SWT. Untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.

"Kaum Muslim sudah seharusnya melaksanakan sholat 5 waktu dan pengajian. Kalau bisa pengajian dilakukan seminggu sekali, kalau tidak bisa pengajian bisa dua mingguan atau setiap selapanan (35) hari," ujarnya.

Menurutnya, pengajian selapanan merupakan ajaran dari Wali Songo saat siar agama waktu itu.

Tampak warga dari desa setempat dan desa sekitarnya antusias menyaksikan puncak acara merti desa tersebut. (Ariyanti)