Hingga 14 Januari 2025, Kabupaten Purbalingga mencatatkan 55 ekor sapi yang teridentifikasi sebagai suspect Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kasus ini menimbulkan kekhawatiran, meskipun hasil uji laboratorium belum keluar. Dari jumlah tersebut, satu ekor sapi terpaksa dipotong paksa, sementara 42 ternak lainnya berhasil sembuh. Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi wabah ini dan mencegah penyebarannya lebih lanjut.
Menurut Edi Setyanta, Kepala Bidang Perlintan Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, istilah suspect PMK digunakan untuk kasus dengan gejala yang mengarah ke PMK, namun belum dapat dipastikan karena keterbatasan pengujian di laboratorium. Tidak setiap ternak yang terinfeksi dapat langsung diuji, sehingga sampel hanya dikirim ke laboratorium dalam kasus-kasus tertentu.
Sebagai contoh, kasus pertama yang terkonfirmasi PMK terjadi di Desa Karanggedang, Bukateja, pada tahun 2022, setelah sampel dikirim ke BBVet Wates dan hasilnya positif. Oleh karena itu, kasus dengan gejala serupa disebut suspect PMK dan segera diberikan pengobatan sesuai prosedur yang berlaku.
Rincian Kasus PMK Berdasarkan Kecamatan:
1. Kecamatan Kutasari: 9 ekor ternak terdampak, semua sembuh.
2. Kecamatan Kejobong: 5 ekor ternak terdampak, 4 sembuh.
3. Kecamatan Bojongsari: 16 ekor ternak terdampak, 14 sembuh.
4. Kecamatan Karangjambu: 6 ekor ternak terdampak, 5 sembuh.
5. Kecamatan Bobotsari: 2 ekor ternak terdampak, 1 sembuh.
6. Kecamatan Karangreja: 2 ekor ternak terdampak, semuanya sembuh.
7. Kecamatan Karanganyar: 1 ekor ternak terdampak, sembuh.
8. Kecamatan Padamara: 5 ekor ternak terdampak, 4 sembuh.
9. Kecamatan Rembang: 2 ekor ternak terdampak, belum ada yang sembuh.
10. Kecamatan Kertanegara: 1 ekor ternak terdampak, belum ada yang sembuh.
11. Kecamatan Bukateja: 4 ekor ternak terdampak, belum ada yang sembuh.
12. Kecamatan Kalimanah: 2 ekor ternak terdampak, belum ada yang sembuh.
Untuk menangani wabah ini, Dinas Pertanian Purbalingga telah melakukan berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan, seperti pemberian obat-obatan pada ternak yang menunjukkan gejala PMK, penyemprotan disinfektan di area ternak, serta memberikan informasi kepada peternak mengenai langkah-langkah pencegahan melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
Vaksinasi untuk hewan ternak direncanakan akan dimulai pada Februari 2025. Dinas Pertanian menargetkan 5000 dosis vaksin untuk sapi/kerbau dan 4000 dosis untuk kambing/domba. Secara keseluruhan, 12.250 ekor sapi/kerbau dan 280.000 ekor kambing/domba di wilayah Purbalingga diharapkan dapat divaksinasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah kekurangan tenaga medis kesehatan hewan. Sebagai langkah antisipasi, pihak Dinas Pertanian telah menerapkan skala prioritas dalam vaksinasi, dengan memfokuskan pada ternak yang belum terinfeksi PMK agar vaksinasi dapat dilakukan dengan lebih efisien. Ternak yang telah terinfeksi PMK tidak akan divaksinasi hingga kondisi mereka membaik.
Salah satu faktor utama penyebaran PMK di Purbalingga adalah pembelian ternak dari pasar hewan luar daerah, seperti Sokaraja, Ajibarang, Banjarnegara, Wonosobo, Blora, Wonogiri, hingga wilayah Jawa Timur. Karena Purbalingga tidak memiliki pasar hewan ternak khusus sapi, peternak terpaksa membeli sapi dari luar daerah yang berpotensi membawa penyakit.
Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga berkomitmen untuk mengendalikan wabah ini dan berharap dengan pelaksanaan vaksinasi serta langkah-langkah pencegahan lainnya, PMK dapat dikendalikan dan tidak semakin meluas. (DM)
