Headline Kota Prabumulih Sumatera Selatan

Tanggapi SE Bapanas tentang Harga Batas Atas Gabah, Petani Kelurahan Payuputat Minta Aturan Dibuat Seimbang

BERITAOPINI.ID, PRABUMULIH |  Terkait adanya Surat Edaran (SE ) dari  Badan Pangan Nasional (Bapanas) No.47/TS.03.03/K/02/2023 yang mengatur tentang harga batas atas gabah (ceiling price) petani mendapat tanggapan dari berbagai elemen masyarakat terutama petani padi.

Sarkowi (57) salah satu petani padi di Kelurahan Payuputat Kecamatan Prabumulih Barat Kota Prabumulih mengatakan untuk saat ini harga gabah kering di petani ada di kisaran Rp. 5.000. per Kg. Harga tersebut menurutnya cukuplah untuk saat ini, jika tidak menggunakan pupuk. Sebab padi yang ia tanam ini menurutnya alami tidak dipupuk. Tetapi menurutnya jika menggunakan pupuk harga Rp. 5.000 per Kg ini tidak cukup, petani rugi sebab saat ini pupuk mahal.

Sementara itu menurut Sarkowi dengan adanya SE  dari Bapanas terkait tentang harga batas atas gabah (ceiling price) petani sangat merugikan petani. Sebab untuk petani tradisional seperti dirinya harga Rp. 4.550 per Kg untuk gabah kering  petani tidak masuk perhitungannya dengan harga pendapatan harga beras sekarang dan harga-harga kebutuhan pokok lainnya yang harus petani cukupi. Seharusnya untuk saat ini harga gabah kering terendah di petanu itu Rp. 5.000 per Kg bukan seperti SE Bapanas yang menentukan harga gabah kering di Petani teratas malah Rp. 4.550 per Kg.

“Sebenarnye kalu di lapangan kalu petani yang tradisional ini, itu sangat merugikan petani, ade ketetapan harge itu. Sekarang ini kalu ngitung pendapatan harge beras itu paling rendah sekitar 5.000 harusnye gabah itu, ” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan dari hasil panen petani sendiri biasanya hanya 1/4 dari hasil panen yang digunakan untuk kebutuhan makan. Selebihnya biasanya dijual ketengkulak atau tetangga sekitar untuk mengembalikan ongkos produksi dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Jadi menurut Sarkowi jika memang ada aturan dari Pemerintah dalam hal ini SE Bapanas yang harus diikuti petani untuk harga gabah. Pemerintah juga harus memberikan kebijakan yang meringankan ongkos produksi mereka.

“Jadi kalau memang itu ade kebijkan Pemerintah harus mengikuti harga itu (SE Bapanas, Red), setidaknya Pemerintah tuh memberikan subsidi pupuk supaya hasil produksi agak maksismal. Tetapi jika harga pupuk masih melambung tinggi seperti ini, di enjuk batasan itu pule, akhirnye sungkan untuk betani, ” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Zulkarnain (50) Ketua Kelompok Tani Ataran Rimbe Perumpok menurutnya SE Bapanas itu tidak masalah asalkan diimbangi dengan kebijakan lain seperti pupuk murah atau pupuk subsidi. Intinya menurutnya kebijakan itu harus seimbang dengan kemampuan petani jangan sampai malah mempersulit petani.

“Sebenernye ye kalu memang kebutuhan pertanian ini, umpamenye kite beli pupuk pacak disubsidi  atau murah atau gampang ye dak ape ape. Ini kebutuhan operasional petani ni kan sangat sulit. Makenye kalu gabah dijual murah, itu kan mempersulit, orang tidak berlomba-lomba bertani, itubae, intenye kalau ade aturan itu harus seimbang bagi petani, ” ungkap Ketua Poktan ini.

Dilansir dari berbagai sumber SE tersebut menetapkan harga batas atas untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 4.550 per kilogram (kg), GKP di penggilingan Rp 4.650 per kg, dan gabah kering giling (GKG) di penggilingan Rp 5.700 per kg. Kemudian harga beras medium yang ada di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) ditetapkan sebesar Rp 9.000 per kg.

Sementara itu menurut Amriyanto (35) salah-satu pemilik penggilingan padi di Kelurahan Payuputat saat ini biasanya dia membeli gabah dari petani di kisaran harga Rp. 5.000 per Kg. Adanya SE Bapanas yang menetapkan batas atas harga gabah kering di petanu Rp. 4.550 per Kg tentu menguntungkan dirinya, namun disisi lain merugikan petani. Menurutnya harganya harus standarlah jangan sampai merugikan petani dan merugikan pihak lain.

“Bagi petani itu tidak menguntungkan berat, harge bagi petani maunye ye mahal. Bagi yang idak besawah ye nak murah, bagi yang idak betani. Hargenye harus standarlah jangan merugikan petani, ” jelas Amriyanto.

Lebih jauh Amriyanto menuturkan saat ini untuk harga beras yang ia jual dari penggilingan Rp. 10.000 per Kg. Penjualannya sendiri kalau untuk di Kelurahan Payuputat hanya sebatas eceran kewarung-warung sekitar ataupun ke masyarakat yang membutuhkan. Penjualannya pun tidak sampai dijual atau di serap Perum Bulog. (Aris)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *