BERITAOPINI.ID KENDAL JATENG | Ketika industrial drone/noise yang bergabung dengan cipta karya visual abstrak mampu menembus lingkup pesantren & masyarakat tradisi adalah sebuah pemandangan tak lazim.
Di beberapa tempat di nusantara ini, banyak pelaku seni bebunyian bising (noise) sering diusir oleh masyarakat awam karena gelaran pertunjukkan DIY mereka dianggap mengganggu. Namun, momentum kali ini berbeda.
Di suatu gelaran pameran seni oleh Pesantren NDALEM WONGSOROGO bertajuk TITI KALASUBA (20/05), masyarakat & santri disajikan pertunjukan tak lazim yang ada di sirkel mereka biasanya. TANAH @tanah_artmosf mendadak memainkan raungan instrumen drone yang terkoneksi dengan mesin cipta karya visual D.I.Y..
Raungan oktav rendah-tinggi secara random diraungkan, sementara lengan mesin tersebut mengikuti tiap notasi yang ditekan. Masyarakat berbondong mendekat, antusiasme mereka mengisyaratkan bahwa mereka harus menerima sajian ini agar bisa tahu bagaimana seni industrial noise drone ini bekerja.
‘MUSIC IS HARAM!? JUST TRY THE NOISE!’, begitu kiranya bagi kami para santri yang kurang sepakat dengan para kolotan yang terlalu sepaneng menyikapi dunia seni kontemporer. Alih-alih kembali pada kitab suci, mereka malah gagal pada fleksibilitas menempuh zaman dengan cara pandang yang terlalu leterlek & kurang reflektif.
Gelaran ini dilakukan TANAH di tengah rangkaian Tour 2025, meskipun NDALEM WONGSOROGO tidak termasuk salah satu destinasi untuk tour ini. Overall, that show has noisily plugged into the society and religious environment.
Author: Diascharge
Artist : TANAH
Origin : Muara Enim – Sumsel
Genre : Industrial-Visual Noise// Drone
Label : No (Independent)