BERITAOPINI.ID PURBALINGGA JATENG | Meski kasus COVID-19 di Kabupaten Purbalingga belum ditemukan sepanjang tahun 2025, Dinas Kesehatan setempat terus mengingatkan masyarakat dan fasilitas layanan kesehatan agar tetap waspada terhadap potensi peningkatan kasus penyakit menular, khususnya infeksi saluran pernapasan. Hal itu disampaikan oleh Adi Nugroho dari Tim Surveilans dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Purbalingga. (05/06/2025)
“Di beberapa negara, gejala yang mengarah pada influenza langsung dilakukan pemeriksaan dan klasifikasi suspect. Namun, karena COVID-19 kini telah berstatus endemi, gejala serupa sering kali dianggap sebagai flu biasa,” ujarnya.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga telah menerbitkan surat edaran kepada rumah sakit, puskesmas, dan organisasi profesi kesehatan tentang kewaspadaan terhadap peningkatan kasus COVID-19. Adi menjelaskan, kasus terakhir COVID-19 di Purbalingga tercatat pada tahun 2024, dan hingga pertengahan 2025 belum ditemukan kasus baru.
Namun demikian, Dinkes justru mengamati tren peningkatan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti campak dan rubela. Hal ini terjadi akibat penurunan cakupan imunisasi selama pandemi, yang disebabkan oleh keterbatasan vaksin serta alokasi sumber daya kesehatan yang fokus pada penanganan COVID-19. Bahkan, penyakit polio dilaporkan kembali muncul di sejumlah daerah seperti Aceh, Jawa Timur, dan Papua.
Terkait jamaah haji asal Purbalingga, Adi mengungkapkan bahwa terdapat satu orang yang teridentifikasi memiliki gejala mengarah ke MERS-CoV. Penyakit yang masih satu keluarga dengan COVID-19 itu ditularkan melalui kontak dengan unta atau konsumsi susu unta mentah yang terkontaminasi.
Untuk mencegah penyebaran, Dinkes melakukan surveilans aktif terhadap seluruh jamaah haji yang baru kembali dari Arab Saudi. Pemantauan dilakukan secara berkala selama satu bulan melalui puskesmas. Setiap gejala yang muncul akan segera ditindaklanjuti.
Selain MERS-CoV, Dinkes juga memantau potensi penyebaran penyakit infeksi emerging lainnya seperti meningitis meningokokus, yang masuk dalam pantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran global seperti yang pernah terjadi pada COVID-19.
Adi menilai, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan menunjukkan peningkatan pasca-pandemi. “Penggunaan masker saat flu atau batuk serta penerapan PHBS sudah mulai menjadi kebiasaan positif,” katanya.
Meski risiko lonjakan kasus COVID-19 saat ini tergolong rendah, mengingat statusnya telah dikategorikan sebagai endemi oleh WHO, Dinkes menekankan bahwa kewaspadaan tetap diperlukan. “Terutama jika di masa depan muncul penyakit baru dengan tingkat penyebaran tinggi,” pungkasnya.