BERITAOPINI.ID SURAKARTA JATENG | Teosofi Surakarta (Solo Lodge) menggelar kegiatan, bersama para anggotanya di gedung Teosofi Surakarta pada Sabtu (21/09/2025) malam. Agenda yang bertajuk tentang pelayanan guna menentukan masa depan, dihadiri beberapa anggota Teosofi dari penjuru dunia.
Acara itu turut pula dimeriahkan oleh pertunjukan karya seni pembacaan puisi dan teater. Tokoh penting dari Surakarta Muchus, turut pula hadir dalam acara tersebut membawa puisi-puisi gubahan Kahlil Gibran dan Goenawan Mohammad.
Tak hanya itu, acara itu turut pula dimeriahkan oleh pertunjukan geguritan dan musikalisasi puisi yang disampaikan oleh aktivis toleransi Dhimas Suro Aji yang menambah khidmat keberlangsungan acara.
Rekha Wahar selaku aktivis pendidikan dan bagian dari Teosofi dunia hadir dalam kegiatan tersebut. Perempuan kelahiran Bangladesh yang tinggal di Filipina, menyampaikan pentingnya pelayanan bagi anggota Teosofi secara khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Perjumpaan malam itu, Rekha berkesempatan memberikan gambaran bagaimana pendidikan merupakan aspek penting dalam praktik pelayanan. Ia bersama saudara Teosofi di Filipina, telah membuat pendidikan alternatif bernama Golden Link College yang menanamkan pentingnya kesadaran untuk menjemput arti kebenaran melalui pendidikan.
“Masa depan bukanlah mimpi. Keberadaannya ialah milik kita. Maka kita harus menentukannya dengan memberi pendidikan terbaik bagi para penerus kita,” jelas Rekha saat ditemui di Gedung Teosofi Surakarta pada (20/09/2025).
Rekha turut pula menyoroti terkait dengan posisi anak dan guru yang kadang kala terbentang jurang pemisah. Hal tersebut menyebabkan keberlangsungan proses pendidikan kurang efektif dan mengena.
“Kami telah mencontohkannya melalui golden link, kami sebagai guru harus merangkul murid tanpa jurang pemisah untuk memberi tahu mereka arti terbaik mengenai kesadaran dan kebenara,” jelas Rekha.
Guna berpartsipasi dalam aras masyarakat dunia, Rekha mengajarkan kepada murid-muridnya agar menanamkan sikap dan berpartisipai penuh bagi umat manusia. Kendati demikian, kata Rekha kemampuan akan bahasa, turut diperhitungkan dalam mendidik anak-anak didiknya.
“Teosofi mengajarkan kami untuk berpartisipasi bagi dunia. Kita hidup bukan untuk kita sendiri, akan tetapi turut pula melakukan pelayanan bagi seluruh manusia,” Tambah Rekha.
Hal senada turut pula disampaikan oleh Ketua Teosofi Solo Widyatmoko. Ia menandaskan bahwa keberlangsungan kegiatan tersebut guna membentuk dan memperluas tujuan Teosofi untuk pelayanan total bagi seluruh umat manusia secara setara.
“Teosofi telah banyak berpengaruh. Kami telah berkontribusi bagi umat manusia,” ujar Widyatmoko dalam sambutannya sembari menyampaikan sejarah singkat Teosofi di Surakarta.
Kata Widyatmoko perkembangan Teosofi di Surakarta mulai berlangsung pada 1905. Selang tiga tahun kemudian tepatnya di tahun 1908, Teosofi Surakarta mendapatkan pengakuan dari persaudaraan Teosofi dunia menjadi lodge yang kantornya berada di tempat sekarang berdirinya rumah sakit yang berada di daerah Kandangsapi, Surakarta.
Menyoal Budi Utoma yang dipahami sebagai tonggak pergerakan nasional, Widyatmoko menjelaskan bahwa keberadaannya tak luput dari ulur tangan persaudaraan Teosofi,
Kemudian pada tahun 1922, menurut Widyatmoko, Teosofi membuat sekolah Arjuno yang mewadahi masyarakat Solo guna mengenyam pendidikan. Selanjutnya Widyatmoko membeberkan akan keberadaannya Teosofi yang kini telah menginjak lebih dari satu abad, keberadaannya cukup penting dalam aras sejarah Indonesia.
“Teosofi melayanai umat manusia. Kami memberikan sebaik mungkin bagi seluruh umat manusia,” pungkas Widyatmoko.
