BERITAOPINI.ID KENDAL JATENG | Semangat kemerdekaan berkobar di Kampung Pesantren, Desa Krajankulon, Kecamatan Kaliwungu, saat ratusan warga menggelar acara “Barikan HUT” dengan membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 22 meter. 16 Agustus 2025
Acara yang berlangsung dari pukul 20.00 hingga 22.00 WIB di depan Mushola Asyariah ini menjadi perwujudan nyata dari kebersamaan dan kecintaan terhadap Tanah Air.
Momen puncak acara adalah saat warga dengan antusias membentangkan bendera Merah Putih berukuran raksasa. Angka 22 meter dipilih sebagai simbol dari tanggal hari kemerdekaan, 17 Agustus 1945.
Pembentangan bendera ini bukan sekedar seremoni, melainkan sebuah tradisi yang sudah turun-temurun, sebuah warisan luhur yang dijaga oleh masyarakat Kampung Pesantren.
Warisan Sejarah dan Kebersamaan
Acara Barikan HUT kali ini dibuka dengan doa kebangsaan yang dipimpin oleh tokoh masyarakat, dilanjutkan dengan lantunan lagu Indonesia Raya dan Hari Merdeka (17 Agustus 1945) yang dinyanyikan dengan penuh khidmat oleh seluruh warga.
Dalam sambutannya, Ketua RT 02 RW 05, Nanang Hakim, menyampaikan rasa bangganya terhadap partisipasi warga.
“Acara ini adalah warisan konsisten dari nenek moyang kita sebagai wujud syukur atas kemerdekaan. Semoga tradisi ini terus menguatkan kekompakan dan kerukunan warga Kampung Pesantren,” ujarnya.
Tak kalah menarik, acara juga diisi dengan kajian sejarah yang dibawakan oleh Abdul Rokhim. Beliau mengungkapkan betapa pentingnya peran Kampung Pesantren dalam sejarah perjuangan kemerdekaan.
“Kampung ini pernah menjadi dapur umum yang membantu para pejuang. Bahkan, tokoh proklamator kita, Soekarno, pernah singgah di Kaliwungu dalam perjalanannya dari Jakarta ke Semarang. Beliau sempat memberikan orasi semangat perjuangan di hadapan tokoh-tokoh Kaliwungu,” papar Abdul Rokhim.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa mantan Presiden Soeharto juga pernah menginap di salah satu rumah warga di Kampung Pesantren sebelum masa jabatannya.
Sejarah mencatat bahwa kampung ini juga melahirkan beberapa veteran pejuang yang berani dan gigih. Kisah-kisah ini seolah menghidupkan kembali roh perjuangan di tengah-tengah warga, mengingatkan mereka akan jasa para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan.
Acara ditutup dengan semangat kebersamaan yang membara, menunjukkan bahwa sejarah dan tradisi tidak hanya diceritakan, tetapi juga dirayakan dan dihidupkan kembali di setiap sudut Kampung Pesantren.