BERITAOPINI.ID KENDAL JATENG | Upaya peningkatan pemahaman bahaya terorisme terus digencarkan oleh Duta Damai Jawa Tengah BNPT RI. Pada Sabtu, 4 Oktober 2025, mereka menggelar kegiatan Bedah Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik dan Nobar Film Road to Resilience di Perpustakaan Daerah Kendal. Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para peserta yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, komunitas literasi, hingga perwakilan organisasi kepemudaan.
Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik mengisahkan perjalanan sejumlah WNI yang terseret ke Suriah, lengkap dengan kisah nyata perjuangan mereka melepaskan diri dari propaganda radikalisme. Buku ini juga menyingkap janji-janji palsu khilafah yang menjerumuskan, sekaligus menggambarkan beratnya jalan kembali ke kehidupan normal di Indonesia. Sementara itu, film dokumenter Road to Resilience menyoroti kisah penyintas terorisme dan eks napiter yang berjuang bangkit, membangun kehidupan baru, serta menolak ajakan kekerasan.
Ketua Duta Damai Regional Jawa Tengah, Syaiful Islam, dalam pemaparannya menegaskan pentingnya peran pemuda dalam menyuarakan nilai perdamaian dan toleransi. Menurutnya, isu radikalisme tidak bisa dipandang hitam putih, sebab faktor global juga turut memengaruhi. “Konflik Suriah misalnya, sering dipersepsikan semata konflik agama, padahal di dalamnya terdapat perebutan kepentingan geopolitik yang bahkan pernah menyeret WNI ke dalam pusaran konflik,” jelasnya.
Ia juga menyinggung isu penolakan pemulangan simpatisan ISIS dari Suriah yang menunjukkan kompleksitas persoalan terorisme. Kekhawatiran terhadap ideologi yang masih kuat dan stigma masyarakat kerap menjadi penghalang, padahal pengalaman membuktikan bahwa rehabilitasi dan reintegrasi sosial justru efektif membantu eks simpatisan kembali ke masyarakat. “Faktor latar belakang keluarga dan kondisi sosial-ekonomi sering kali menjadi pintu masuk propaganda radikal. Karena itu, dukungan rehabilitasi lebih penting ketimbang sekadar penolakan,” tegasnya.
Sebagai bentuk pendekatan akar rumput, Duta Damai Jateng juga berkolaborasi dengan komunitas Kendal Book Circle. Diskusi ini menjadi ruang dialog sehat bagi pemuda Kendal untuk memahami isu radikalisme secara lebih kritis, sekaligus memperkuat literasi perdamaian di daerah.
Koordinator Blogger Duta Damai BNPT RI Regional Jawa Tengah, Eno Malaka, menambahkan bahwa ada banyak faktor yang membuat seseorang terlibat dalam jaringan ekstremis. Mulai dari ideologi garis keras yang menganggap khilafah sebagai sistem ideal, tekanan ekonomi, hingga faktor keluarga dan pergaulan. “Bahkan ada anak-anak yang dibawa orang tua ke Suriah tanpa pilihan,” jelasnya.
Eno juga memaparkan bahwa kepulangan WNI dari Suriah terbagi ke dalam beberapa kategori, yakni returnee (kembali setelah bergabung), deportan (dipulangkan sebelum masuk), dan failed traveler (dicegat di perjalanan). Meski berbeda pengalaman, semuanya tetap membutuhkan proses pemulihan agar tidak kembali terpapar radikalisme.
Menurutnya, pemulangan dan pemulihan harus melibatkan peran negara sekaligus masyarakat. “Negara perlu menanamkan kembali jati diri kebangsaan, sementara masyarakat berperan lewat edukasi, menyebarkan narasi damai, dan tidak memaksakan pandangan kelompok tertentu. Ruang dialog dan toleransi menjadi kunci menjaga keutuhan bangsa,” ungkapnya.
Antusiasme peserta terlihat tinggi sepanjang kegiatan, mulai dari sesi bedah buku, pemutaran film, hingga diskusi interaktif. Banyak anak muda yang aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan. Harapannya, kegiatan literasi damai ini dapat memperluas pemahaman pemuda Kendal tentang bahaya radikalisme, sekaligus menumbuhkan semangat toleransi dan moderasi dalam kehidupan sehari-hari.
