BERITAOPINI.ID, SURAKARTA JAWA TENGAH | Roy Suryo, Rismond Sianipar dan Rekan mengalami penolakan oleh sekolompok orang yang mendaku bagian warga di Desa Karangmojo, Sawahan, Ngemplak, Boyolali Jawa Tengah pada, (27/10/2025). Penolakan terjadi saat dirinya akan melaksanakan agenda bersama dalam memperingati hari Sumpah Pemuda ke-97 dengan tema ‘Adili Jokowi dan Makzulkan Gibran’ yang dihadiri oleh Roy Suryo dan Rismond Sianipar.
Tema yang diambil berdasarkan atas kejanggalan ijazah milik Joko Widodo dan Gibran Rakabumingraka. Sebagaimana Sumpah Pemuda yang sarat dengan kejujuran dan semangat kebangsaan, kata Michael hal tersebut menjadi dasar tema peringatan Sumpah Pemuda.
Rentetan acara tersebut akan berlangsung selama dua hari, tepatnya di tanggal 27 dan 28 Oktober. Kendati terjadi gesekan dengan oknum warga yang menyampaikan penolakan, kegiatan konferensi pers dan peringatan Sumpah Pemuda hari pertama alhasil diubah di cafedangan Manahan, Surakarta.
Menurut Michael Sinaga selaku peserta sekaligus pantia Konferensi Pers Sumpah Pemuda ke-97, salah satu warga di Ngemplak telah merelakan sepetak tanah kosong sebagai tempat berlangsungnya acara. Namun, setelah kegiatan akan berlangsung, terjadi penolakan dari beberapa kelompok dengan membentangkan banner dan memblokade jalan menggunakan bambu dan batang pohon mangga.
“Sebutulnya disitu ada undangan dari warga setempat, ia bersedia untuk diadakan acara mimbar rakyat bebas, namun tiba-tiba ada penolakan dari oknum yang mengaku warga setempat,” jelas Michael di Cafedangan Manahan pada Senin (27/10).
Hal senada turut disampaikan oleh Ical salah peserta. Saat ditanya situasi dilokasi kejadian, kata Ical, beberapa orang memblokade jalan dengan bamu dan batang pohon mangga berukuran besar. Ia merasa terintimidasi dan ketakutan. Kendati situasi tidak memungkinkan ia alhasil meninggalkan lokasi dan mencari tempat aman.
“Tepat pukul sembilan pagi saya sudah di lokasi, namun setelah dilokasi banyak orang bergerombol, saya kira peserta, saya ketakutan, saya takut diamuk masa, kemudian saya meninggalkan lokasi, karena geromobolan orang mengawasi dan mencecar pertanyaan kepada saya,” jelas Ical.
Bangun Sutopo selaku penggugat Citizen Lawsuit Ijazah Joko Widodo menyayangkan atas sikap penolakan yang dilakukan oleh oknum warga tersebut. Ia merasa kecewa atas situasi demikian.
“Sebelum dilokasi saya sempat dihadang oleh orang yang mengaku warga asli. Ia mengatakan kepada saya, acara dibatalkan dan dialihkan. Ketika ditanyai di mana acara diganti, mereka menggelengkan kepala sambil memasang wajah marah,” jelas Bangun Sutopo.
Selanjutnya Bangun Sutopo menyoroti beberapa Banner yang disematkan disekitar acara diskusi. Antara lain; “Kami seluruh warga Indonesia cinta damai, mendukung pemerintahan prabowo Gibran, menolak upaya gaduh yang menolak persatuan.” Kemudian, “Pemerintah tegas dan penuh wibawa berantas pembawa onar bangsa.”
Bangun menilai pembredelan kebebasan berpendapat ini, membuktikan siapa sebenarnya yang membikin onar.
“Andai mimbar rakyat di Boyolali dapat berlangsung lancar, kita dapat mengetahui siapa yang membuat onar bangsa. Karena acara dibatalkan oleh oknum, kami mengalah,” pungkas Bangun Sutopo.
Begitupula dengan Roy Suryo yang menyampaikan keluh kesahnya saat kegiatannya dibredel oknum warga. Ia mengutuk keras atas penghadangan dan teror kepada dirinya.
“Kami mengalah, bukan berarti takut. Kami mengalah untuk menang,” jelas Roy.

















