Example floating
Example floating
Example 468x60
BeritaJawa TengahSemarang

PMII Rayon FISIP Unwahas Guncang Kampus dengan “KAFIR”: Kupas Tuntas Filsafat, Takdir, dan Moralitas

99
×

PMII Rayon FISIP Unwahas Guncang Kampus dengan “KAFIR”: Kupas Tuntas Filsafat, Takdir, dan Moralitas

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BERITAOPINI.ID SEMARANG JATENG | Ruang MIP Gedung D Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang mendadak jadi pusat perenungan dan debat intelektual. Bukan karena mata kuliah biasa, melainkan karena hadirnya agenda yang cukup unik: Kajian Filsafat dan Pikiran – atau yang akrab dikenal dengan nama KAFIR. 20 Mei 2025

Digagas oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Komisariat Wahid Hasyim, kajian ini menyedot perhatian puluhan mahasiswa. Dengan tema besar “Membedah Determinisme, Kehendak Bebas, dan Moralitas,” KAFIR mengajak peserta menyelami kedalaman persoalan eksistensial yang jarang disentuh di ruang-ruang kuliah.

Hadir sebagai pemantik, Irsyad Akil, Direktur Lembaga Kajian Pers (LKP) PMII Komisariat Wahid Hasyim, tampil memikat. Dengan gaya santainya, ia membongkar kompleksitas antara takdir dan kebebasan manusia, serta bagaimana dua hal itu bertautan dengan moralitas.

“Diskusinya ngalir banget tapi dalam. Kita diajak mikir dari akar, bukan cuma permukaan,” ujar salah satu peserta.

Diskusi yang berlangsung selama lebih dari dua jam itu tak hanya penuh gizi intelektual, tapi juga hangat dan hidup. Mahasiswa bebas bertanya, menyanggah, bahkan mendebat—semua dalam semangat keilmuan.

Ketua PMII Rayon FISIP, Cassano Yoen Kharisma, menyebut KAFIR sebagai identitas intelektual kader PMII FISIP.

“Kajian ini bukan cuma agenda rutin, tapi sudah jadi napas gerakan kami. Filsafat bukan sekadar teori berat, tapi alat untuk memahami hidup dan realitas secara lebih utuh,” ungkap Cassano.

Ia juga menegaskan pentingnya ruang-ruang diskusi semacam ini di tengah arus informasi yang cepat dan dangkal. “Melalui KAFIR, kami ingin mencetak generasi mahasiswa yang kritis, reflektif, dan peka terhadap kompleksitas dunia.”

Dengan antusiasme yang tinggi dan semangat berdialektika yang kuat, KAFIR menjadi bukti bahwa mahasiswa masih haus makna, dan filsafat masih relevan. Di tengah dunia yang serba cepat, kajian ini muncul sebagai ruang jeda—tempat mahasiswa merenung, menggugat, dan menemukan ulang dirinya.

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *