AMAN ATAU LUPA?
Oleh: Faruq Alfarizi
Gimana kawan-kawanku, apakah masih ingat dengan aku? Dulu yang sering banget suarakan, seperti “Free Palestine, end the war Gaza” tapi ke mana suara itu sekarang? Anehnya ke mana Negara Timur Tengah? Apakah kalian takut dengan negara yang benderanya memiliki 50 bintang? Atau karena genjatan senjata itu yang membuat kalian lupa dengan kita dan kalian sudah mengira kita aman dari semua ancaman zionis itu? Tentu jawabnya tidak. Ini sebagian kecil dari dosa mereka, karena jika dituliskan kurasa luasnya laut di bumi tak kan cukup menjadi sebuah kertas.
Pertama, Israel terus membombardir Gaza, membunuh jurnalis Mohammed Saleh alBardawil, istrinya dan ketiga anak mereka dalam serangan terhadap rumah mereka di Khan Younis. Padahal pada Hukum hummaniter Internasional dan resolusi Majelis Umum PBB melarang kekerasan dan pembunuhan terhadap jurnalistik, tapi apalah daya pelaku masih bebas berkeliaran bahkan memiliki kesempatan untuk berulah kedua kalinya jika dibiarkan. Seakan akan hukum itu tidak berlaku bagi orang yang memiliki kuasa, Terus apa solusinya?

Kedua, pasukan Israel juga menyerang Beirut Lebanon, menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai tujuh lainnya dalam serangan kedua di pinggiran Kota Dahiyeh dalam waktu kurang dari seminggu. Kekejaman zionis tidak hanya pada wilayah Palestina tetapi meluas ke Libanon yang merupakan bagian dari wilayah Syam yang memiliki banyak keistimewaan yang memiliki julukan sebagai negeri para nabi, banyak nabi diturunkan disana untuk mengajarkan risalah risalahnya.
Ketiga, polisi Israel telah menahan setidaknya 12 orang saat ribuan orang memprotes di Yerusalem Barat menyerukan kembalinya kesepakatan gencatan senjata Gaza. Pengumuman tentang genjatan senjata Gazaini diumumkan secara resmi pada Rabu, 15 Januari 2025. Tetapi kok masih banyak sekali kasus-kasus yang mengingkari genjatan senjata tersebut. Apakah ini hanya sebatas pengalihan isu aja? Itu yang perlu kita kawal bersama sama karna ribuan nyawa manusia yang ada disana.

Keempat, dan beginilah anak-anak Palestina merayakan Idulfitri di reruntuhan bangunan di Gaza. Sedih dan marah menjadi satu. Sedih melihat orang Gaza merayakan Idulfitri dengan segala macam ancaman dari zionis, dan marah terhadap orang yang melupakan sahabat kita di sana yang mengalami penderitaan. Kekejaman zionis itu bukan alasan untuk merayakan Idulfitri dengan keceriaan dan semangatnya.
Perilaku Israel terhadap Gaza tidak dapat dibenarkan. Pembunuan terhadap anak-anak dan perempuan serta pengeboman terhadap rumah sakit yang ada di Gaza perlu dihentikan. Hal tersebut sudah termasuk ke dalam genosida yakni penghancuran suatu bangsa atau kelompok etnis dan korban tewas akibat genosida Israel itu 48.577 orang korban jiwa yang melingkupi (anak-anak, perempuan, orang tua dan warga sipil lainnya).
Suarakan Lagi

Sebagai manusia yang masih memiliki hati dan akal sehat, ayo suarakan lagi apa yang menjadi perhatian kita. Saudara saudara kita masih membutuhkan kita seperti bagian tubuh yang terluka maka bagian tubuh yang lainya juga merasakan sakit itu. Ada beberapa cara untuk menyikapi dan membantu saudara saudara kita yang ada di gaza di antaranya: senantiasa mendoakan, menyebarkan informasi yang berkaitan dengan Gaza, memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel, ikut aksi solidaritas dan memeerikan donosi terbaik kita.
Kecil tetapi berarti seperti kisah semut yang membawa setetes air untuk Nabi Ibrahim dan sungguh indah jawaban si semut, “Aku tau setetes air yang kubawa tidak akan bisa memadamkan api besar Namrud. Tetapi dengan ini aku bisa memastikan di pihak mana kah aku berada (di pihak Allah). Makna dari kisah semut relate dengan kondisi sekarang untuk membantu penduduk yang tengah berduka. Bantuan tersebut dapat melalui apapun seperti sumbangan hingga doa. Sebab bantuan yang di berikan akan menjadi ladang amal yang diganjar pahala.
Semoga kejadian di Gaza dapat membangkitkan empati dan solidaritas di kalangan umat manusia, tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi umat lainya. Gaza sendiri memiliki penduduk yang beragam, meskipun mayoritas beragama Islam, tetapi ada juga minoritas Kristen dan lainnya. Oleh karena itu penting untuk memahami bahwa konflik di Gaza bukan hanya tentang agama, melainkan juga tentang hak asasi manusia dan keadilan bagi semua penduduk, tanpa memandang agama atau latar belakang. (Faruq Alfarizi, IMM Moh. Hatta Kota Solo)