BERITAOPINI.ID NANGAN RAYA ACEH | Mukhlisin, SKM., M.KesSetiap tanggal 12 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) sebagai momentum penting untuk meneguhkan komitmen bersama dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif. Namun di balik semarak perayaan, kita harus jujur menatap kenyataan: sistem kesehatan di Kabupaten Nagan Raya masih menghadapi banyak kelemahan yang menuntut pembenahan serius.
Data menunjukkan bahwa pemerintah daerah sebenarnya telah memberikan perhatian cukup besar pada sektor kesehatan. Alokasi anggaran kesehatan mencapai 21,24% dari total belanja daerah tahun 2023, jauh di atas batas minimal nasional sebesar 10%. Namun, besarnya anggaran belum sepenuhnya sebanding dengan kualitas dan pemerataan layanan di lapangan.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, dari total puskesmas di Nagan Raya, 93,33% sudah memiliki tenaga kesehatan lengkap. Namun masih terdapat puskesmas yang belum terpenuhi seluruh jenis tenaga medis dan non-medis, sehingga perlu dipertanyakan penataan tenaga kesehatan. Misalnya, rasio dokter, perawat, analis, gizi, promotor kesehatan sekitar 11,48 per 10.000 penduduk juga tergolong rendah dibandingkan standar ideal pelayanan kesehatan. Kondisi ini menunjukkan masih tingginya beban kerja tenaga medis, terutama di daerah terpencil.
Selain itu, akses masyarakat di pedesaan terhadap layanan kesehatan masih terbatas. Tidak semua puskesmas memiliki fasilitas rawat inap, dan sebagian besar masyarakat di wilayah pinggiran masih harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan pelayanan dasar seperti pemeriksaan kehamilan, imunisasi anak, atau pengobatan penyakit kronis.
Masalah lain yang tak kalah penting adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pencegahan penyakit. Gaya hidup tidak sehat, kebiasaan merokok, serta minimnya pemeriksaan rutin membuat penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes terus meningkat. Padahal, penyakit-penyakit ini kini menjadi penyebab kematian utama di banyak wilayah, termasuk di Nagan Raya.
Namun ancaman kesehatan masyarakat di Nagan Raya tidak hanya datang dari penyakit tidak menular. Peredaran dan penyalahgunaan narkoba juga semakin mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja dan usia produktif. Fenomena ini bukan sekadar masalah hukum, melainkan krisis kesehatan dan sosial yang serius. Banyak kasus penyalahgunaan narkotika berujung pada gangguan mental, penurunan produktivitas, hingga kehancuran masa depan generasi muda. Tanpa langkah tegas dan sistematis — mulai dari edukasi di sekolah, pembinaan keluarga, hingga rehabilitasi berbasis masyarakat — ancaman ini bisa menggagalkan cita-cita membangun Generasi Sehat, Masa Depan Hebat.
Meski begitu, ada capaian positif yang patut diapresiasi. Beberapa puskesmas di Nagan Raya telah berhasil meraih akreditasi dengan penilaian “Paripurna”, menandakan adanya peningkatan mutu layanan dan komitmen tenaga kesehatan di tingkat dasar. Ini menjadi modal penting untuk melangkah ke arah sistem pelayanan yang lebih profesional dan terpercaya — modal yang harus dipertahankan dan dikembangkan jangan dipertanyakan agar kinerja pelayanan semakin optimal.
Penting juga diingat bahwa transformasi kesehatan tidak bisa berhenti di fasilitas medis saja. Pendidikan kesehatan harus dimulai sejak usia dini. Setiap sekolah di Nagan Raya idealnya memiliki tenaga kesehatan sekolah (UKS) yang aktif, di mana tenaga kesehatan memberikan edukasi, pemeriksaan rutin, serta pendampingan gizi bagi siswa. Sekolah bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga wadah pembentukan perilaku hidup bersih, sehat, dan anti-narkoba. Dengan pembinaan sejak dini, generasi muda akan tumbuh menjadi masyarakat yang sadar kesehatan, peduli lingkungan, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Dengan tema nasional HKN 2025 “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat,” peringatan tahun ini harus menjadi dorongan kuat bagi Nagan Raya untuk berbenah. Pemerintah daerah melalui dinas kesehatan perlu memperkuat pemerataan tenaga kesehatan, terutama di wilayah pedalaman, serta memastikan bahwa anggaran besar benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Transformasi kesehatan juga harus menyentuh sisi sosial: edukasi publik, pemberdayaan kader desa, penguatan posyandu, pencegahan narkoba berbasis masyarakat, serta peran sekolah sebagai pusat pembelajaran hidup sehat. Tanpa perubahan perilaku masyarakat dan pendidikan kesehatan berkelanjutan, pembangunan kesehatan akan berjalan setengah hati.
Kesehatan bukan hanya urusan dokter, tenaga kesehatan, dan rumah sakit. Ia adalah cermin dari keadilan sosial dan keberpihakan pemerintah kepada rakyat.
Masyarakat Nagan Raya berhak atas layanan kesehatan yang mudah, merata, dan bermutu. Inilah saatnya seluruh pihak bersatu membangun sistem kesehatan daerah yang kuat, humanis, dan berkelanjutan — agar tak ada lagi warga yang jatuh sakit karena lemahnya pelayanan publik, terjerumus narkoba karena kurang edukasi, dan setiap anak Nagan Raya tumbuh sehat melalui pendidikan kesehatan sejak dini di sekolah mereka.
—
Tentang Penulis:
Mukhlisin, SKM.,M.Kes. adalah prromotr kesehatan, pemerhati kebijakan publik dan kesehatan masyarakat di Nagan Raya, aktif dalam program edukasi dan advokasi pembangunan daerah berbasis kesehatan.
















