BERITAOPINI.ID BLORA JATENG | Didalam rumah sederhana di Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Atik (50), Istri Yunus (52) yang menjadi salah satu korban pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora masih berjuang atas kesehatan suaminya.
Saat ini, dalam sehari-hari, Yunus masih berusaha untuk bangkit dari tempat tidur dengan menggunakan kursi roda menuju ke depan rumah untuk menghirup udara segar atau hanya sebatas berjemur.
Saat ini, Yunus masih menjalani perawatan rutin dari rumah atau perawatan Homecare. Dia masih mengeluhkan rasa sakit yang ada di bagian pantat, bahkan saat sedang buang air kecil dirinya juga masih merasa kesakitan.
Dari dalam rumah yang beralaskan tanah dan terbuat dari papan sederhana itu, tampak Yunus yang sudah sanggup duduk meskipun belum dapat berjalan. Dua kakinya masih berbalut perban tebal perawatan.
Yunus menjadi salah satu korban yang selamat, atas insiden maut pada Sabtu, (8/2/2025) yang telah merengut tiga nyawa rekan kerjanya di tempat kejadian, atau pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora. Lalu dua rekan kerja Yunus kembali meregang nyawa saat melakukan perawatan.
Hingga saat ini, Yunus bersama keluarganya hanya dapat pasrah atas musibah yang diterima akibat insiden jatuhnya crane lift pekerja pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora.
“Kulo trimo mawon pak, lah pripun keadaan’ne bapake njih ngeten,(Saya terima saja pak, ya pripun keadaanya bapaknya ya begini),” terang Atik saat ditemui di kediamannya yang turut Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Blora, Jumat (21/3).
“Lah pripun, bade sambat kalih sinten, kulo tiang alit (ya gimana, mau mengeluh ke siapa, saya bukan siapa-siapa),” keluh Atik.
Selama ini Ibu tiga anak itu mengaku tidak bekerja, sehingga ia hanya dapat mengandalkan penghasilan dari suaminya. Lalu ia masih bersyukur dikarenakan gaji suaminya saat bekerja di RS PKU Muhammadiyah Blora masih diberikan setiap Minggunya.
“Satu minggunya Rp 480 ribu. Biasanya di transfer ke larene kulo (anak saya),” jelasnya.
Selanjutnya, sampai saat ini Atik mengaku fokus ke pemulihan Yunus dan biaya anaknya yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang setara SMP. Lalu, atas insiden yang diterima Yunus, Atik mengaku pasrah dan upaya kedepan ia tidak mengetahui bagaimana nasib keluarganya.
“Lah pripun njih, iklhas mboten ikhlas nggih alhmdulillah diklhas ke mawon. lah mangkih kedepanne pripun njih mboten ngertos (ya gimana ya, ikhlas tidak ikhlas ya Alhamdulillah di Ikhlaskan saja. Nanti kedepannya bagaimana ya tidak tau),” ujar Atik.
Lebih lanjut, Atik klimpungan untuk membayar anaknya yang masih duduk di bangku MTs, semenjak Yunus terbaring sakit atas insiden kecelakaan kerja di proyek RS PKU Muhammadiyah Blora.
Diungkapkan iuran bulanan anaknya sebesar Rp 35 ribu. Namun saat ini Atik hanya mampu menyicil sedikit demi sedikit dikarenakan masih fokus penyembuhan suaminya.
“Malah sak niki dereng mbayar pak, ini Kulo cicil pak. Baru Rp 100 ribu Mts bayar. Perbulane SPP anake kulo Rp 35 ribu, tapi kalo ada uang bisa dicicil (Malah sekarang dereng dibayar pak, saat ini saya cicil, baru Rp 100 ribu bayarnya. Perbulan iuran sekolah anak saya itu Rp 35 ribu. Tapi kalo ada uang bisa dicicil),” ujar istri korban pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora.
Lalu, Atik mengaku hingga saat ini masih mendapatkan perawatan yang baik dari pihak RS PKU Muhammadiyah Blora untuk kesembuhan Yunus. Setiap dua hari luka luka suami Atik dibersihkan dan dilakukan pemantauan perkembangannya oleh para perawat.
“Alhamdulillah radi mending, sampun purun maem, maem’e njih mboten purun katah pak, (Alhamdulillah ada perubahan yang baik, sudah mau makan, makannya ya tidak mau banyak),” terang dia.
Disisi lain, Atik mengungkapkan bantuan atas insiden yang berdampak langsung kepada keluarganya hanya datang dua kali berupa uang, dua kali berupa sembako, serta bantuan kursi roda. Uang yang diterimanya itu berjumlah Rp 1 juta dan Rp 200 ribu, selain bantuan itu, Atik dengan Yunus tidak menerima bantuan apapun dari manapun.
“Totalnya kalo uang itu hanya Rp 1,2 Juta saja. Rp 1 juta itu saat kejadian, jadi bisa di buat beli popok dan air di rumah sakit,” kata Atik.
Hingga saat ini, Atik dihantui rasa cemas terhadap imbas insiden yang mencederai kedua kaki suamnya. Ia takut kesembuhan total atas cidera yang dialami oleh Yunus akan berlangsung lama.
Selain itu, sambung Atik, meskipun suaminya sudah dipastikan membaik oleh tenaga kesehatan. Namun Yunus tidak akan lagi sekuat sebelum cidera. Hal itu menyusul operasi tulang yang telah dilakukan Yunus akibat fatalitas kecelakaan kerja di Pembangunan RS PKU Muhammadiyah Blora.
“Ya mau bagaimana, yang kerja bapaknya, saya ngga kerja,” tambah Atik. (WD)