Example floating
Example floating
BeritaKabupaten Penukal Abab Lematang IlirSumatera Selatan

Distan PALI Akui Produksi Gabah Masih Rendah, Ini Yang Dibutuhkan Petani Selain Irigasi

74
×

Distan PALI Akui Produksi Gabah Masih Rendah, Ini Yang Dibutuhkan Petani Selain Irigasi

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BERITAOPINI.ID PALI SUMSEL | Produksi gabah saat ini tengah digenjot pemerintah pusat untuk mengejar tercapainya swasembada pangan, namun di kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) provinsi Sumatera Selatan diakui Dinas Pertanian setempat masih rendah pruduksinya.

Dari keterangan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PALI Ahmad Jhoni pada salah satu acara belum lama ini mengaku bahwa produksi gabah ditingkat petani masih rendah, antara 2 hingga 3 ton per hektar.
Ahmad Jhoni menyebutkan bahwa kendala utama masih rendahnya produksi gabah adalah kurangnya sarana irigasi untuk pengairan sawah.
“Kendala saat ini masih minim irigasi, untuk itu perlu dibangun irigasi dari tersier hingga sekunder agar produksi gabah meningkat dan masa panen petani yang tadinya satu kali dalam setahun bisa dua kali, dan yang sudah dua kali bisa tiga kali panen dalam satu tahun,” ungkap Ahmad Jhoni.
Dalam mendukung program pencapaian swasembada pangan, Ahmad Jhoni menyatakan pemerintah kabupaten PALI melalui Dinas Pertanian telah melakukan berbagai upaya.
“Kami telah melakukan sejumlah upaya dalam mendukung tercapainya swasembada pangan, diantaranya pemberian bantuan benih, pupuk dan alsintan serta penyuluhan,” sebutnya.
Selain itu, Ahmad Jhoni menerangkan bahwa kedepan Dinas Pertanian akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan produksi gabah petani.
“Selain dengan memberikan bantuan, kita juga melakukan optimalisasi lahan. Dimana saat ini ada 6.000 hektar lahan sawah produktif dan lahan yang kurang produktif kita optimalkan,” jelasnya.
Sementara itu, Sumardi salah satu petani asal Kelurahan Talang Ubi Utara yang juga ketua Kelompok Tani Sinar Penukal meminta selain membangun irigasi juga menginginkan adanya bantuan yang merata kepada petani padi yang ada di kabupaten PALI.
“Kami tidak pernah mendapatkan bantuan, setiap musim tanam kami modal sendiri. Bibit beli sendiri, traktor dan mesin perontok padi masih menyewa,” ungkapnya.
Terkait peningkatan produksi gabah di kabupaten PALI, Sumardi merasa pesimis lantaran bantuan yang diberikan pemerintah tidak merata serta penyuluhan dari PPL jarang dilakukan.

“Jangankan bantuan, penyuluhan pun nyaris tidak ada. Bahkan kami tidak mengenal siapa PPL kami karena tidak pernah datang. Jadi kami pesimis kalau seperti ini berlangsung produksi gabah akan seperti ini terus,” tandasnya.
Belum lagi permasalahan pupuk, Sumardi menyebut sawah yang dikelolanya tak pernah tersentuh pupuk anorganik karena tidak terjangkau.
“Sawah kami tak pernah dipupuk anorganik, hanya menggunakan kotoran sapi dan kerbau saat pasca panen. Bukan kami enggan memberikan pupuk, tetapi harganya tidak terjangkau dan bantuan tidak pernah sampai,” imbuhnya.
Untuk itu, sebagai petani Sumardi mendukung keinginan pemerintah menggenjot hasil panennya, tetapi harus dibarengi dengan langkah konkret supaya petani terbantu.
“Saat ini sawah kami yang luasnya sekitar satu hektar sudah mencapai 5 ton lebih, kalau ini dipupuk pasti akan melonjak. Terkait keinginan pemerintah menggenjot hasil panen, mungkin kami lebih ingin karena padi adalah sumber kehidupan kami,” urainya.
Sumardi juga meminta pemerintah agar membantu sarana pertanian seperti mesin perontok padi dan mesin air.
“Kalau alsintan dibantu, kami sanggup untuk menggarap sawah bisa tiga kali panen dalam satu tahun. Sebab, di lokasi kami air tersedia tinggal lagi adanya bantuan alat pompa air dan perontok padi untuk menunjang kami dalam menggarap sawah,” harapnya.
Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *