BERITAOPINI.ID | Di tengah sunyi keluhan warga yang sering tak terdengar, seorang pemuda asal Desa Suka Merindu, Irka Saputra, memilih jalur tak biasa untuk menjawab keresahan itu: menjadi seorang jurnalis.
Berangkat dari keprihatinan terhadap berbagai persoalan masyarakat yang kerap terabaikan, Irka mengambil keputusan besar bergabung sebagai jurnalis di salah satu media nasional. Pilihan ini lahir dari keyakinannya bahwa media yang berpihak kepada suara rakyat kecil sangat dibutuhkan untuk membangun keadilan sosial.
Pengalaman bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah wartawan yang berkunjung ke desanya membuka mata Irka tentang makna sejati kepemimpinan dan tanggung jawab sosial. Dari percakapan tersebut, Irka belajar bahwa rasa ingin tahu yang tulus — bukan sekadar rutinitas atau jabatan — adalah kunci untuk memahami dan membantu masyarakat.
“Kita tidak cukup hanya tahu dari laporan. Kita harus terjun langsung, mendengar, merasakan, dan memahami. Karena karakter seseorang atau kondisi masyarakat itu dibentuk dari komunitas tempat mereka hidup, bukan hanya dari gelar atau jabatan,” begitu pesan yang membekas dalam ingatan Irka.
Wartawan yang berdiskusi dengannya juga mengingatkan pentingnya bersikap adil dalam segala profesi, baik sebagai wartawan, advokat, maupun aparat hukum, seraya mengutip pesan Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8: “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”
Menurut mereka, yang harus diperangi adalah persoalannya, bukan orangnya.
Bagi Irka, pengalaman ini menjadi jawaban atas pertanyaannya selama ini: mengapa banyak persoalan rakyat seolah tak pernah selesai. Ia menyadari bahwa rasa ingin tahu yang tulus — yang seharusnya dimiliki setiap pemimpin dan pejabat publik — kini semakin langka.
“Kebijakan sering lahir di ruang rapat ber-AC, jauh dari aroma tanah, pasar, dan suara rakyat yang sebenarnya,” ujar Irka dalam satu kesempatan.
“Padahal, masalah seperti harga kebutuhan pokok, akses pendidikan, air bersih, hingga kesempatan kerja, hanya bisa dipahami bila para pemimpin mau terjun langsung, bertanya, mendengar, dan memahami,” tambahnya.
Kini, melalui jalur jurnalisme, Irka berharap bisa menjadi jembatan yang menghubungkan suara rakyat dengan para pengambil kebijakan. Ia ingin menghidupkan kembali semangat kepemimpinan berbasis rasa ingin tahu yang sejati: mau bertanya, mau hadir, dan mau peduli.
“Rakyat tidak menuntut pemimpin yang selalu punya jawaban, tetapi mendambakan pemimpin yang mau mendengarkan,” tutup Irka penuh harap.