Example floating
Example floating
BeritaJawa TengahKabupaten Demak

Autokritik PMII Demak, Soroti Dinamika Kader NU Secara Kultural dan Struktural dalam Menyambut Harlah

121
×

Autokritik PMII Demak, Soroti Dinamika Kader NU Secara Kultural dan Struktural dalam Menyambut Harlah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BERITAOPINI.ID DEMAK JATENG | Menjelang peringatan Hari Lahir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Demak, organisasi mahasiswa ini menyampaikan refleksi kritis terkait kondisi keislaman dan kebudayaan di Demak. Dalam diskusi yang digelar pada Minggu (16/3/2025) malam, Sekretaris Umum PC PMII Demak, M. Saihur Rizal, mengungkapkan keprihatinannya terhadap sinkronisasi antara NU secara struktural dan NU kultural, yang dinilai belum berjalan harmonis.

“NU sebagai organisasi masyarakat (Ormas) terbesar di Indonesia, termasuk PMII di dalamnya, saat ini hanya mengedepankan kepentingan yang bersifat struktural. Sedangkan dalam pengambilan keputusan fundamental seringnya kehilangan sifat kulturalnya,” ujar Rizal dalam diskusi bersama jajaran pengurus PMII Demak.

Menurutnya, kurangnya aksi nyata dalam mengaplikasikan nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan oleh para ulama terdahulu membuat peran struktural di NU dan PMII tidak terasa di tengah masyarakat.

“Demak Kota Wali agaknya tinggal petilasannya. Sedangkan substansi dari pemikiran yang tersirat dan tersurat telah ikut tenggelam dalam bayang-bayang banjir dan robnya,” lanjutnya.

Rizal juga menyoroti bagaimana dalam konteks sejarah, ulama terdahulu senantiasa menjadi tempat bertanya bagi masyarakat, sementara saat ini terdapat jurang pemisah antara tokoh struktural dan tokoh desa kultural.

“Kita lihat per hari ini, ketika mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang bagaimana dulu ulama Indonesia yang notabenenya berilmu senantiasa meminta arahan dan saran pada ulama daerah (kampung). Sedangkan hari ini saya melihat ada dinding tak kasat mata yang berdiri antara tokoh struktural dan tokoh desa (kultural), sehingga ketika muncul dinamika seperti tambang, habaib, kebudayaan, ekologis, kasus-kasus di pondok pesantren, dan kegaduhan sosial-politik lainnya, cenderung tutup mata atau bungkam,” pungkasnya.

Seniman dan Kader NU Ikut Menanggapi
Menanggapi isu kebudayaan, Usman Ar-Rumi, seorang seniman asal Demak, turut memberikan pendapatnya terkait kondisi seni dan budaya di daerah ini. Ia menyayangkan bahwa kejayaan kebudayaan Islam di Demak hanya dikenang sebagai masa lalu tanpa diiringi dengan kesadaran untuk terus merawatnya.

“Demak sebagai kota yang memiliki sejarah panjang dan gemilang tentang keislaman, kesenian, dan kebudayaannya, saat ini kita samar-samar melihat dari kejauhan silauan dari cahayanya di masa lalu. Silau terhadap masa lalu kita sendiri. Sunan Kalijaga sebagai pionirnya, kita selalu mengagung-agungkan sejarah masa lalu kita dan tidak dibarengi dengan kesadaran kita terkait itu. Bahwa kesenian dan kebudayaan beserta nilai-nilai keislaman itu menjadi bagian yang tidak boleh dipisahkan dengan kita sendiri sebagai warga Demak,” tutur Usman.

Sebagai putra dari pemilik Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Jogoloyo, Wonosalam, Usman berharap agar generasi muda Demak dapat turut serta dalam membangun dan melestarikan warisan budaya daerahnya.

Senada dengan itu, Ketua PC PMII Demak, Ahmad Nuruddin, juga menyampaikan kegelisahannya sebagai bagian dari generasi Nahdliyyin. Menurutnya, pendidikan dan kaderisasi memiliki esensi yang sama, yakni membentuk karakter dan kepemimpinan yang membaur dengan masyarakat.

“Pendidikan dan kaderisasi itu sama, yang membedakan adalah wadahnya. Pendidikan dianggap gagal ketika anak petani enggan memegang cangkul orang tuanya. Kaderisasi gagal ketika melahirkan kepemimpinan yang tidak mau melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita sederhana,” ungkap Nuruddin.

Sebagai bentuk aksi nyata dari refleksi tersebut, PMII Demak berencana menggelar sebuah acara bertema kebudayaan dalam rangka peringatan Harlah PMII.

“Kita harus bisa berdiaspora dengan berbagai pihak. Agenda Harlah PMII nanti kita akan buat event (Seni Merespon Demak) yang akan melibatkan banyak seniman agar bisa menjadi stimulus bagi seniman-seniman Demak khususnya lebih dikenal dan terus berkarya. Juga menjadikan seni sebagai respon atas segala pengejawantahan rasa pribumi Indonesia,” pungkasnya.

Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam merawat kembali kebudayaan Islam di Demak, sekaligus membuka ruang bagi generasi muda untuk lebih aktif dalam melestarikan warisan leluhur. (Raka Bumi, Ahlun Najah)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *